uji Fisher   Leave a comment

FISHER EXACT PROBABILITY TEST

Fisher exact probability test digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independent bila datanya berbentuk nominal.  Kecil dalam hal ini, bilamana jumlah kedua sampel (n1 + n2) < 20.  Sedangkan untuk sampel yang besar (jumlahnya > 20), digunakan Uji Chi Kuadrat ().

Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu disajikan ke dalam tabel kontingensi 2 x 2 seperti berikut:

Kelompok Ø £ Jumlah
I A B A +B
II C D C +D
Jumlah N

Kelompok l = sampel l

Kelompok ll = sampel ll

Tanda Ø dan £ hanya menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya lulus-tidak lulus, gelap-terang, dan sebagainya.  A, B, C, dan D adalah nomianal data yang berbentuk frekuensi.

Rumus dasar yang digunakan untuk Fisher Exact Probability test adalah;

p =((A+B)!(C+D)!(A+C)!(B+D)!)/(N!A!B!C!D!)

Sedangkan criteria pengujian hipotesisnya, Ho diterima bila harga p hitung lebih besar dari taraf kesalahan (α) yang ditetapkan.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita melakukan uji hipotesis untuk contoh hasil pengamatan berikut ini;

Disinyalir bahwa adanya kecendrungan para Birokrat lebih menyukai baju berwarna gelap dan para Akademisi lebih menyukai warna terang.  Dari 10 orang Birokrat yang diamati, 6 orang berbaju gelap dan 3 orang berbaju terang. Sedangkan dari 8  orang Akademisi yang diamati,      5 orang berbaju warna terang dan 2 orang berbaju warana gelap.

Dengan taraf kesalahan 5%, buktikan hipotesis yang menyatakan bahwa:

Para Birokrat lebih menyenangi baju warna gelap.

Berdasarkan hal tersebut, maka :

1. Judul penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Kecendrungan Birokrat dan Akademisi dalam memilih warna baju”

2. Variable penelitiannya adalah :

warna baju.

3. Rumusan masalah :

“Adakah perbedaan antara para Birokrat dan Akademisi dalam memilih warna baju”.

4. Sampel :

9 orang birokrat dan 7 orangn akademisi.

5. Hipotesis :

Ho : “Tidak terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi dalam memilih warna baju”.

Ha : “Para birokrat lebih menyenangi baju warna gelap”,atau dengan kata lain “Terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi        dalam memilih warna baju”.

6. Kriteria pengujian hipotesis :

Ho diterima bila harga p hitung lebih besar dari taraf kesalahan yang telah ditetapkan.

7. Penyajian Data :

Data yang diperoleh disusun dalam tabel berikut ini :

TABEL KESUKAAN WARNA BAJU ANTARA BIROKRAT DAN AKADEMISI

Kelompok Gelap Terang Jumlah
Birokrat 6 3 9
Akademisi 2 5 7
Jumlah 8 8 16

8. Perhitungan :

Dengan rumus di atas, kita dapat menghitung harga p

p =((6+3)!(2+5)!(6+2)!(3+5)!)/(16!6!3!2!5!)

p =0,137

Bila taraf kesalahan α ditetapkan sebesar 5% (0.05), maka ternyata p hitung tersebut 0,137 lebih besar dari 0,05.  Ketentuan pengujian hipotesisnya, bila p hitung lebih lebih besar dari taraf kesalahan (α) yang telah ditetapkan, maka Ho diterima dan Ha ditolak.  Pada kasus ini, karena harga p hitung lebih besar dari α (0,137 > 0,05), maka kita dapat menyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.  Atau dengan kata lain, tidak ada perbedaan antara para birokrat dan akademisi dalam memilih warna baju.

9. Kesimpulan :

Tidak terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi dalam memilih warna baju. Jadi, para birokrat tidak cenderung memilih baju berwarna gelap dan para akademisi juga tidak cenderung memilih baju berwarna terang.

10.  Saran :

Para penjual konveksi sebaiknya tidak perlu memilih-milih warna jika menjual baju kepada para birokrat maupun akademisi.

Daftar Pustaka

Sugiyono.  2007.  Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfa Beta.

Sudjana. 2005.  Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito.


Posted March 17, 2011 by mathimank86 in matematic

Tagged with

Leave a comment